A.
Pengantar
Pendidikan
merupakan tanggungjawab bersama antara siswa, guru, orang tua, masyarakat dan
pemerintah, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
mencapai tujuan pendidikan (Bab IV, UU No 20 Tahun 2003). Orang tua atau
keluarga mempunyai peran yang dominan dalam pola pengasuhan dan mendidik anak (parenting), seperti sabda Nabi SAW : “seorang bapak yang mendidik anaknya, itu
lebih baik daripada bersedekah dengan satu sha”.
Tanpa
kita sadari anak belajar di sekolah sekitar 8 – 10 jam sehari, selebihnya
dihabiskan di luar sekolah sekitar 14 - 16 jam, dengan demikian waktu
berinteraksi dengan orang tua lebih banyak dibanding dengan gurunya.
Kenyataannya banyak orang tua yang kurang menyadari tentang perannya dalam
pengasuhan anak, dengan berbagai alasan mereka merasa telah melakukan
pengasuhan, dengan cara memasukkan anaknya dalam berbagai kursus, bimbingan
belajar bahkan ada yang memenuhi semua keinginan anaknya secara materi.
Untuk
itulah orang tua harus menguatkan kembali pola pengasuhan kepada anak-anaknya (Re-Charge Parenting), yang dapat
dilakukan dengan membaca atau menyimak kisah-kisah inspiratif dari berbagai
tokoh atau keluarga yang telah berhasil dalam pengasuhan.
B.
Kisah Inspiratif
1. Keluarga Han Hee Seok
Merupakan
keluarga miskin asal Korea yang telah berhasil membuat keajaiban cara belajar
anak-anaknya dari siswa dengan rangking akhir menjadi siswa rangking satu tanpa
mengikuti kursus atau bimbingan belajar, tetapi dengan kekuatan pengasuhan
orang tuanya, seperti yang telah ditulisnya dalam buku Parent With No Property.
Adapun
penguatan pengasuhan yang dilakukan oleh Han Hee Seok dalam membimbing anaknya,
dengan cara : (1) berkomunikasi dengan bahasa anak dan mengikuti kebiasaan
makan bersama anak, sehingga anak merasa kita sebagai temannya, (2) mendampingin
anak saat menonnton televisi dan berdiskusi tentang tayangan tersebut sebagai
video pembelajaran, (3) pembatasan waktu bermain untuk focus belajar yang
diterapkan 2 minggu sebelum ujian sekolah, (4) mempelajari tata bahasa asing/inggris
dan membaca dengan keras untuk melatih konsentrasi dan mengetahui pengucapannya
sudah benar atau belum, (5) memahami konsep matematikanya dulu, sehingga kalau
soalnya dirubah maka anak merasa percaya diri untuk mengerjakannya, (6) menemani
anak ke perpustakaan untuk mencari buku yang diperlukan, (7) jangan mengulang
pujian dengan kata-kata yang sama, memberikan pujian secara detail, sesuaikan
dengan situasinya, jangan membandingkan dengan orang lain, (8) membiasakan istirahat
yang cukup akan membuat otak kembali segar, (9) membedakan penanganan terhadap
anak perempuan dan laki-laki.
Hal
terpenting dalam mendidik anak ternyata bukan ditentukan oleh keadaan ekonomi
orang tuanya, tetapi kemauan orang tuanya untuk berubah atau memberi teladan
sehingga anaknya mau berubah berdasarkan teladan yang dicontohkan orang tuanya.
2. Keluarga Jordan
Merupakan
keluarga miskin asal Brooklyn New York yang telah melatih anaknya yang bernama
Michael Jordan untuk merubah pola pikir dan kemauan yang kuat untuk terus
berlatih.
Adapun
caranya dengan memberi tugas kepada Michael Jordan dalam menjual baju bekas
melalui beberapa kali tugas, yaitu ; (1) menjual sehelai pakaian bekas dengan harga
1 USD, kemudian Michael Jordan berhasil menjualnya distasiun bawah tanah kepada
pengunjung atau penumpang seharga 2 USD, (2) menjual sehelai pakaian bekas dengan
harga 20 USD, kemudian Michael Jordan mendapatkan ide untuk memodifikasi baju
tersebut dengan meminta bantuan sepupunya untuk menggambar Donald Duck dan
Mickey Mouse, kemudian menjualnya di sekolah anak orang kaya dan laku 25 USD,
(3) menjual sehelai pakaian bekas dengan harga 200 USD, kebetulan pada saat itu
sedang ada konferernsi pers film Charlie Anggels, kemudian Michael Jordan
berhasil meminta tanda tangan artis Farrah Fawcett pada pakaian bekasnya, dan
menjualnya seharga 1.200 USD.
Pada
suatu kesempatan sang ayah mengajak diskusi Michael Jordan tentang pengalaman
yang diperoleh selama menjual baju bekas yang harganya 1 USD dapat ditingkatkan
harganya menjadi berlipat-lipat, kesimpulannya selama kita mau berfikir dan
bekerja keras maka akan didapat hasil yang maksimal. Sejak itu, Michael Jordan
belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun
kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia sebagai pemain basket, disadur dari
http://intisari-online.com/read/inspirasi-hidup-michael-jordan.
3. Kisah Herbert Hoover dan Ignacy J. Paderewski
Kisah
nyata Herbert Hoover yang terjadi pada tahun 1892 di Stanford University, yang
disadur dari http://amazingreallifeinfo.blogspot.co.id/2014/03/a-time-of-need-story-of-herbert-hoover.html?m=1. Pada waktu itu
Herbert Hoover bersama temannya mengadakan konser music dikampus untuk membayar
biaya kuliahnya, dengan mengundang pianis besar Ignacy J. Paderewski dengan
kesepakatan pembayaran sebesar 2.000 USD.
Pada hari sehabis konser ternyata tiket yang terjual hanya 1.600 USD dan
sisanya 400 USD berupa cek diserahkan ke Ignacy J. Paderewski, tetapi oleh sang
pianis ceknya di sobek dan uangnya di berikan kepada Herbert Hoover.
Beberapa
tahun kemudian Ignacy J. Paderewski menjadi Perdana Menteri Polandia, sayangnya
pada Perang Dunia I ada sekitar 1.5 juta orang kelaparan di Polandia dan Negara
kehabisan uang. Akhirnya Ignacy J. Paderewski berhasil meminta bantuan ke
Administrasi Makanan dan Bantuan Amerika Serikat, dikirimlah berton-ton bahan
makanan, sehingga bencana kelaparan dapat diatasi.
Kemudian
Ignacy J. Paderewski secara pribadi bertemu Herbert Hoover Presiden AS untuk
mengucapkan terima kasih, tetapi Herbert Hoover menyela dan berkata, "Anda
tidak harus berterima kasih kepada saya, Anda mungkin sudah lupa, tetapi saya
tidak akan pernah dapat melupakannya, beberapa tahun yang lalu, Anda membantu
biaya kuliah dua mahasiswa muda di Stanford University, Saya adalah salah satu
dari mereka".
Hal
yang dapat kita petik dari kisah inspiratif ini adalah, pada saat kita ada
kesempatan untuk membantu sesama, JUST DO
IT (LAKUKAN), jangan pernah menghitung-hitung soal pahala atau mengharapkan
balas budi.
4. Kisah orang buta, orang botak dan orang kusta
Disadur
dari buku buku mendidik anak bersama Rasulullah (M Nur Abdul Hafizh,1999),
Hadis Nabi SAW : “sesungguhnya dahulu ada
3 orang bani israil, yang satu terkena penyakit kusta, yang satunya botak dan
satunya lagi buta, untuk menguji keimanan mereka Allah mengutus seorang
malaikat mendatangi mereka”.
Malaikat
mendatangi ketiga orang tersebut, dan menanyakan apa yang kamu dambakan dan
harta apa yang paling disukai, orang kusta mendambakan kulit yang halus dan
bersih serta seekor unta, kemudian atas ijin Allah kulit orang tersebut bersih
dan halus serta memperoleh seekor unta yang sedang bunting. Kemudian orang
botak mendambakan rambut yang panjang dan indah serta seekor sapi, kemudian
atas ijin Allah rambut orang tersebut panjang dan indah serta memperoleh seekor
sapi yang sedang bunting. Sedangkan orang buta mendambakan dapat melihat dan seekor
kambing, kemudian atas ijin Allah dapat melihat dan memperoleh seekor kambing
yang sedang bunting
Setelah
beberapa tahun mereka bertiga menjadi kaya raya berkat hewan ternaknya. Kemudian
datanglah malaikat yang menyamar sebagai seorang miskin yang kusta kepada saudagar
unta yang dulunya kusta, malaikat tersebut meminta seekor unta untuk bekal
hidupnya, tetapi tidak diberi oleh saudagar tersebut, maka atas ijin Allah
orang tersebut dikembalikan lagi keaadaan asalnya yaitu seorang yang kusta dan
miskin. Dan datanglah malaikat yang menyamar sebagai seorang miskin yang botak kepada
saudagar sapi yang dulunya botak, malaikat tersebut meminta seekor sapi untuk
bekal hidupnya, tetapi tidak diberi oleh saudagar tersebut, maka atas ijin
Allah orang tersebut dikembalikan lagi keaadaan asalnya yaitu seorang yang
botak dan miskin. Akhirnya datanglah malaikat yang menyamar sebagai seorang
miskin yang buta kepada saudagar kambing yang dulunya buta, malaikat tersebut
meminta seekor kambing untuk bekal hidupnya, oleh saudagar tersebut disuruh mengambil
kambing sebanyak yang dia butuhkan, maka malaikat tersebut menjelaskan bahwa
sebenarnya dirinya adalah malaikat yang diutus Allah SWT untuk menguji mereka
dan hanya kamu yang lulus dari ujian Allah SWT.
Hal
yang dapat kita petik dari kisah inspiratif ini, bahwa semua yang kita miliki
sebetulnya adalah titipan dari Allah, yang sewaktu-waktu dapat diambil lagi
oleh Allah kalau kita tidak bersyukur.
C.
Re-Charge Parenting
Hal
terpenting dalam pengasuhan orang tua terhadap anak-anaknya adalah Penumbuhan
Budi Pekerti (PBP), hal ini sejalan dengan Permendikbud No 23 Tahun 2015, yang
meliputi : (1) menumbuhkembangkan nilai-nilai moral dan spiritual, dengan cara
berdoa setiap akan beraktifitas, melakukan ibadah bersama, menghadiri kegiatan keagamaan,
(2) menumbuhkembangkan nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan, dengan cara
mengajak ke museum, menjelaskan budaya lokal dan menghargai perbedaan tiap
budaya, (3) mengembangkan interaksi positif, dengan cara mengucapkan salam,
berpamitan, minta ijin, memohon maaf, berterima kasih, saling menolong,
menjenguk yang kesusahan, belajar bersama, (4) merawat diri dan lingkungan,
dengan cara menjaga kesehatan, kebersihan, menghemat listrik dan air, membuang
sampah pada tempatnya, menanam dan merawat tanaman.
Sebagai
bahan penguatan orang tua dalam pengasuhan anak, dapat mengikuti cara Nabi
Muhammad SAW dalam mendidik anak, yang dimulai dari : (1) metode dasar yang
harus dimiliki orang tua yaitu keteladanan, menyediakan waktu yang tepat,
pemenuhan kebutuhan anak, mendoakan anak, (2) metode pola pikir dan jiwa anak,
yaitu menceritakan tentang hikmah, berbicara dengan bahasa anak, melatih dan
memotivasi anak. (3) metode hukuman bagi anak, (M Nur Abdul Hafizh,1999).
Orang tua harus menjadi suri tauladan dan berakhlak yang
benar saat bergaul dengan anak-anaknya, sesuai denga hadis Nabi “maka orangtuanyalah yang akan menjadikannya
sebagai orang yahudi, majusi atau nasrani”.
Orang
tua harus menyediakan waktu yang cocok dalam memberikan bimbingan kepada
anak-anaknya, terutama pada waktu (a) dalam perjalanan, karena pada kondisi ini
anak dalam suasana gembira dan ceria, sehingga memudahkan anak menyerap atau
menerima nasihat dari orang tuannya, (b) makan, biasanya pada kondisi lapar dan
dihadapannya telah tersedia makanan, anak akan cenderung bersikap masa bodoh
terhadap lingkungan sekitarnya, karena dalam benaknya hanya ada rasa lapar dan
harus makan, pada saat itulah kita selaku orang tua dapat menasihati mereka
dengan hadis Nabi SAW : “mendekatlah
wahai anakku, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah
apa yang terdekat di hadapanmu”, (c) sakit, dalam kondisi yang sakit
biasanya orang yang berhati keras akan menjadi lunak, sehingga lebih mudah
menerima nasihat dari kita, seperti kisah Nabi SAW saat menjenguk orang yahudi
yang sakit, padahal orang tersebut yang selalu menghina Nabi SAW dan akhirnya
orang tersebut masuk islam berkat kelembutan dan nasihat dari Nabi SAW,
Orang
tua harus memperhatikan hak anak untuk menanamkan rasa optimis bahwa dalam
hidup adalah menerima dan memberi. Hal ini dapat dilihat dari riwayat Nabi SAW :
(a) Nabi SAW pada saat diberi minum, disebelah kanan duduk seorang anak dan
sebelah kiri orang dewasa, beliau menawarkan minuman terlebih dahulu kepada
yang duduk sebelah kanan, yaitu anak kecil, (b) Nabi SAW mengingatkan kepada
sahabat dan pengikutnya agar menerima kebenaran walaupun dari seorang anak
kecil, (c) Nabi SAW menunjuk imam atau pemimpin yang lebih muda yang mempunyai
ilmu dan fasih dalam bacaannya, : “jika
tiga orang diantara kamu berpergian maka hendaklah seorang yang lebih fasih
bacaannya mengimami mereka walaupun yang paling muda usianya, barang siapa
mengimami mereka maka dialah pemimpinnya”.
Orang
tua selalu memohonkan doa pada Alllah SWT dan meminta petunjuk bagi kebaikan
dan bukan keburukan bagi anak-anaknya. Seperti hadis Nabi SAW : “jangan engkau berdoa dengan keburukan
terhadap dirimu, anak-anakmu, para pembantumu, dan hartamu, sebab jika engkau
berdoa pada saat diterimanya doa, maka doamu akan dikabulkan dan engkau akan
menanggung akibatnya”.
Orang
tua bercerita tentang kisah yang mengandung hikmah, untuk menarik perhatian dan
merangsang otak yang mempengaruhi pola pikir anak, adapun cerita hikmah yang
dipilih harus riwayat yang jelas dan mengandung nilai-nilai kehidupan. Seperti
yang terdapat dalam Surah Hud ayat 120 : “dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surah ini telah datang padamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”.
Mengajarkan anak tentang kepribadian Nabi SAW untuk diteladani agar mempunyai
kepribadian yang luhur dan mulia.
Orang
tua dalam berkomunikasi dengan anak memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1)
berbicara tidak berbelit-belit saat berbicara dengan anak, karena membuat bosan
dan tidak dapat diterima dengan baik, seperti hadis Nabi SAW : “wahai anakku, akan kuajarkan kepadamu
beberapa kalimat…”, (2) berbicara sesuai kemampuan akalnya, sehingga memudahkan
anak dalam berkomunikasi dan memecahkan masalah, seperti yang dilakukan Nabi
SAW saat menanyakan kepada seorang anak tawanan perang badar tentang jumlah
tentaranya, beliau mengajukan pertanyaan bukan langsung kepada berapa jumlah
tentara, tetapi berapa jumlah unta yang dipotong sekali makan, dan jawaban anak
tersebut 10 ekor, maka Nabi membuat kesimpulan bahwa jumlah tentaranya sekitar
100 orang. (3) berbicara dengan lemah lembut kepada anak, akan memberi
kesempatan kepada akal untuk berkembang dan bekerja dengan baik, sehingga anak
akan terbiasa menjadi orang yang sabar dan berbudi luhur serta sanggup
mengutarakan isi hatinya dengan baik.
Orang
tua melatih anak dengan pengalaman-pengalaman yang praktis, yang dapat memberi
masukan wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga akalnya mulai terbuka dan
bekerja, seperti yang dilakukan Nabi SAW saat melihat seorang anak yang salah
dalam menguliti kulit kambing, kemudian Beliau memberi contoh cara menguliti
kambing yang benar.
Orang
tua menjadikan anak sebagai teman, sehingga anak lebih mudah mengambil
pelajaran dan kebaikan yang diberikan
oleh orang tuanya, dengan cara : (1) berlaku seperti anak-anak ketika bermain
bersama mereka, (2) menyambut dengan hangat ketika bertemu anak, mencium dan
mencandai anak, mengelus-elus kepala anak, memberi makanan yang baik dan
mengajak makan bersama,
Orang
tua menanamkan jiwa kompetensi yang membangun dalam diri anak, memberikan
dorongan semangat dan motivasi kepada anak untuk maju, dan memberi pujian akan
membuat anak semakin percaya diri, dengan cara : (1) menjaga rahasia dan
berpuasa, (2) membiasakan anak-anak bergaul dengan orang-orang disekitarnya, (3)
menghafal Al quran dan belajar bidang lainnya, (4) membiasakan anak-anak untuk
melakukan transaksi jual beli,
Orang
tua memenuhi keinginan anak untuk mengembirakannya, menyuruh anak kepada
kebaikan, karena kebaikan terbentuk dari kebiasaan, dan menyeru dengan lemah lembut
dalam mendidik anak, dengan cara memanggil anak dengan panggilan yang
menunjukan rasa kasih saying sehingga anak akan rela melaksanakan nasehat tanpa
merasa dipaksa.
Orang tua harus memberi peringatan sejak dini pada
anak saat melakukan kesalahan, dengan didasari rasa cinta dan kasih sayang
bukannya tindakan balas dendam dan kemarahan. Karena sifat buruk anak bukanlah
lahir dari fitrahnya, tetapi timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari
orang tuanya. Adapun jenis perbaikan kesalahan pola pikir dan sikap anak,
meliputi : (1) kesalahan cara berpikir, misalnya anak menganggap makan dengan
tangan kiri atau minum sambil berdiri bukan suatu kesalahan, maka orang tua
harus segera memberi nasehat kepada anak tersebut untuk memperbaiki
kesalahannya, (2) kesalahan praktis, misalnya anak sedang mencabuti bulu ayam
tetapi caranya salah, maka orang tua segera memberi contoh cara mencabuti bulu
ayam yang benar, sehingga anak tahu cara mencabuti bulu ayam yang benar.
Sedangkan
tahapan dalam peringatan dan perbaikan bagi anak yang tidak taat, meliputi : (1)
memperlihatkan cemeti kepada anak, sesuai sabda Nabi SAW “gantungkanlah cemeti di dinding rumahmu, agar hal itu menjadi
peringatan bagi keluargamu”, bentuk
cemeti dalam masa sekarang bisa diartikan sebagai tata tertib, (2) menjewer
telinga, seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah bin AL-Mazini “ibuku menyuruhku mengantarkan anggur ke Nabi
SAW, dipertengah perjalanan sebagian anggurnya saya makan, sesampainya pada
Nabi SAW, Beliau menjewerku atas perbuatanku”, (3) memukul sesuai kaidah
yang diajarkan Nabi SAW,
Adapun
dalam melaksanakan hukuman memukul, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut
: (1) larangan memukul anak sebelum berumur 10 tahun, karena dapat berakibat
buruk bagi keadaan fisik dan mental anak, (2) larangan memukul lebih dari 10
kali, sesuai sabda Nabi SAW “hukuman itu
tidak boleh lebih dari sepuluh kali lecutan cemeti, kecuali dalam pelaksanaan
hudud”, itupun dilakukan dalam keadaan terpaksa dan dan jangan terlalu
sering, karena anak tidak akan takut lagi karena sudah terbiasa, (3) alat yang
dipakai untuk memukul, bisa menggunakan cemeti, kayu, sandal atau ujung kain
yang diikat, tetapi jangan terlalu besar, (4) kaidah tentang cara memukul, meliputi
: memukul jangan di satu bagian tubuh saja harus merata dan tidak boleh memukul
wajah atau kemaluannya, harus ada jarak waktu pada tiap pukulan, tidak boleh
mengangkat ketiak ketika memukul, (5) larangan memukul disertai amarah, karena
dapat menyebabkan lepas kontrol, (6) berhentilah memukul bila anakmu
mengucapkan nama Allah SWT, sesuai sabda Nabi SAW “apabila seseorang memukul seorang budak, sedangkan ia sudah mengucap
nama Allah, maka ia harus berhenti memukulnya”.
D.
Penutup
Secara
alamiah setiap orang tua pasti mempunyai naluri untuk melindungi dan mengasuh
anak-anaknya, agar menjadi anak yang sehat, pintar dan sholeh. Pola pengasuhan anak dilakukan secara
bertahap, yang meliputi : tahap pemberian contoh dari orang tuanya, tahap
memberikan perintah melaksanakan kewajiban kepada anak, dan tahap pemberian
hukuman bila anak melalaikan tugas atau kewajibannya
Hal terpenting dalam
pengasuhan anak adalah keteladanan dari orang tuanya, untuk itulah orang tua
harus terus berubah menjadi lebih baik, jika anak-anaknya ingin menjadi lebih baik,
seperti istilah “like son like father”.
0 comments:
Posting Komentar