Alhamdulillah Udin sudah sampai kerumah dengan selamat, setelah pulang dari liburan akhir tahun sekolah di rumah neneknya di daerah kaki gunung Merbabu. Esok harinya Udin diantar Bu Gita mendaftar menjadi calon siswa di SD “HEVEA” yang merupakan nama latin dari salah satu produk perkebunan di desanya, dengan membawa berkas persyaratan yang disyaratkan. Setelah menunggu waktu sekitar 1 minggu untuk melihat pengumuman penerimaan siswa baru, akhirnya Udin diterima di SD HEVEA sebagai siswa kelas 1.
Tepatnya di bulan Juli tahun tujuh delapan, Udin masuk sekolah untuk pertama kalinya di kelas 1 SD HEVEA, dengan berseragam merah putih dan sepatu hitam serta menenteng tas, Udin berangkat kesekolah bersama teman-temannya dengan berjalan kaki, melewati rindangnya pepohonan perkebunan, diselingi canda gurau dan keusilan lainnya. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 20 menit sampailah rombongan Udin di sekolah, mereka langsung berbaris rapi di depan pintu kelas menunggu pintu ruang kelas dibuka.
Tepat pukul 7 pagi bel sekolah berbunyi, Ibu guru kelas 1 sudah berdiri didepan pintu dan memanggil satu persatu siswa kelas 1 untuk masuk dan langsung diatur posisi tempat duduknya, Udin menempati tempat duduk di tengah-tengah sebangku dengan Sentot. Ibu guru yang mengajar di kelas 1 bernama Bu Samiyem, orangnya baik, sabar dan humoris, anak-anak sangat senang mendapatkan guru yang baik hati seperti Bu Samiyem ini. Hari pertama di kelas 1 diisi dengan perkenalan oleh masing-masing siswa dengan maju kedepan kelas dengan menceritakan keluarganya. Giliran Udin maju kedepan untuk memperkenalkan diri dan menceritakan keluarganya secara singkat, Udin dengan sedikit gemeteran menceritakan tentang sosok sang ibu, yang merupakan sosok panutan dan “ngayomi” bagi anak-anaknya.
Bel berbunyi tepat pukul 10 pagi, itu tandanya kelas 1 sampai kelas 3 waktunya pulang, kegaduhan kelas mulai terasa, siswa-siswa sibuk menyiapkan tas dan perlengkapan lainnya untuk dibawa pulang, tak terkecuali Udin dengan cekatan memasukan buku dan peralatan belajar ke dalam tas. Ketua kelas dengan lantang memimpin doa dan berbaris rapi untuk pulang.
Selama perjalanan pulang Udin dan teman-teman seperti biasa bersendanggurau saling ejek dan melakukan keusilan lainnya, jalur pulang sekolah biasanya melewati lingkungan pabrik perkebunan, sambil melihat traktor mengangkut hasil perkebunan untuk diolah di pabrik.
Sesampai di rumah Udin, langsung berganti baju dan bergegas keluar rumah untuk bermain bersama teman-temannya, salah satu teman akrabnya bernama Saman yang tinggal di perumahan dinas perkebunan. Saman merupakan warga baru di desa, karena mengikuti orang tuanya yang pindah kerja ke perkebunan di desa kami, sebelumnya Saman berasal dari daerah perkebunan yanbg berada di daerah Priangan.
Tempat bermain dan berkumpul anak-anak biasanya di sekitar gedung serbaguna milik perkebunan, karena tersedia fasilitas bermain yang cukup lengkap, ada lapangan badminton, lapangan tenis meja, ada gamelan dan alat musik lainnya serta halamannya luas. Permainan yang paling sering dimainkan oleh anak-anak adalah petak umpet, karena dilingkungan gedung tersebut banyak terdapat ruangan dan pepohonan yang besar, sehingga memudahkan anak-anak untuk mencari tempat persembunyian.
Tak terasa waktu semakin cepat berlalu, dan Udin sekarang sudah duduk di bangku kelas empat. Saat awal belajar di kelas empat Udin selalu ketinggalan dalam memahami pelajaran, hal ini disebabkan Udin belum bisa membaca dengan baik. Beruntunglah Udin mendapatkan seorang guru yang sangat sabar yang bernama Pak Yanto, dengan penuh perhatian Pak Yanto selalu memisahkan Udin dari siswa lainnya khusus untuk belajar membaca, sedang siswa yang lain belajar sesuai pelajarannya. Kurang dari 3 bulan akhirnya Udin sudah lancar membaca, setiap awal pelajaran Udin selalu disuruh membaca didepan kelas materi dari buku yang akan dipelajari, hal ini membangkitkan semangat belajar Udin untuk terus mengejar ketertinggalan dari teman-temannya. Beruntung Udin mempunyai teman satu kelas yang saling membantu saat Udin belum mengerti mengenai materi pelajaran, ada satu teman Udin yang selalu menjadi panutan dalam belajar yaitu Sentot.
Sentot selalu membantu Udin saat belajar, baik disekolah maupun di rumah, kebetulan rumah Sentot sudah ada jaringan listrik dari perkebunan, walaupun nyalanya hanya pada malam hari saja, setiap malam Udin belajar ke rumah Sentot, terutama kalau ada PR (Pekerjaan Rumah). Orang tua Sentot bekerja di perkebunan di bagian teknik, sehingga di rumahnya banyak peralatan teknik, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Udin tentang kegunaan dari peralatan tersebut.
Diakhir tahun pelajaran, saat kenaikan kelas merupakan waktu yang dinanti oleh semua siswa kelas empat untuk menerima raport, yang diambil oleh orang tua. Pak Yanto memulai sambutan dengan menjelaskan secara singkat hasil pembelajaran selama satu tahun, dan nasehat untuk mengisi liburan dengan hal yang bermanfaat, alhamdullilah siswa kelas empat naik semua ke kelas lima, dengan bintang kelasnya Sentot.
Masa liburan tiba, sudah menjadi tradisi dikeluarga Udin, setiap liburan Bu Gita selalu menitipkan anak-anaknya di neneknya, kali ini Udin dititipkan di neneknya yang tinggal di daerah ibu kota propinsi yang terkenal dengan kota lumpia. Dengan menumpang truk pengangkut hasil perkebunan yang akan di eksport untuk dibawa ke pelabuhan tanjung emas yang berangkat pukul dua dini hari, kebetulan rumah nenek tidak jauh dari pelabuhan. Sesampai di rumah nenek sekitar pukul dua belas siang, Udin langsung disuruh istirahat dan makan siang dan di perkenalkan dengan saudara-saudara dari keluarga ayah.
Kebetulan saudara Udin ada yang seusia namanya Wiwi, jadi selama liburan bermain bersama mengelilingi kota lumpia dengan naik sepeda, banyak tempat wisata yang bagus-bagus dan unik. Tempat pertama yang dikunjungi Udin adalah kawasan Kota Lama, yang berisi bangunan tua peninggalan Belanda, salah satunya yang unik adalah “Lawang Sewu” (pintu seribu), yaitu bangunan yang terdiri dari banyak pintu. Hari berikutnya bermain ke daerah klenteng “Sam Po Kong” atau “Cheng Ho” atau “Dampo Awang” merupakan tempat ibadah warga Tionghoa, didalamnya terdapat lilin dengan ukuran yang sangat besar, dengan aroma dupa dan banyaknya buah-buahan sebagai persembahan.
Waktu liburan telah usai, saatnya masuk sekolah lagi, kini Udin sudah naik ke kelas lima dan duduk sebangku dengan sahabatnya Saman, hari pertama masuk sekolah seperti biasa Bu Siti guru kelas lima memepersilahkan kepada siswa yang mau berbagi cerita selama liburan. Kebetulan yang pertama kali maju adalah Saman, yang menceritakan pengalamannya liburan di kampung halamannya di daerah priangan tepatnya didaerah Banjar.
Seiring dengan berjalannya waktu, Bu Siti mengumumkan akan menyeleksi siswa kelas lima untuk diikutkan lomba siswa berprestasi di kecamatan, dan akan diadakan ujian saringan bagi seluruh siswa kelas lima dan akan dipilih dua orang yang hasilnya terbaik. Berdebar-debar hati seluruh siswa kelas lima saat Bu Siti akan mengumumkan siapa yang berhak mewakili sekolah untuk mengikuti seleksi siswa berprestasi di kecamatan, dan terpilihlah dua orang wakil yaitu Yati dan Udin, suasana kelas jadi riuh saat nama Udin disebut karena disangka oleh semua siswa.
Saat Yati dan Udin di suruh maju kedepan untuk menyampaikan pendapat, dimulai dari Yati kemudian disusul Udin. Pada saat udin menyampaikan pendapatnya, hal yang pertama diucapkan adalah rasa syukur dan terima kasih kepada Sentot yang telah membantu Udin belajar selama ini. Hari-hari berikutnya Udin dan Yati menjalani latihan menyelesaikan soal-soal atas bimbingan Bu Siti, kurang lebih selama 2 minggu.
Waktu yang dinanti-nanti untuk lomba siswa prestasi akhirnya datang juga, dengan menumpang mobil pengangkut hasil perkebunan kami bertiga yaitu Yati, Udin dan Bu Siti akhirnya sampai di tempat lomba di kecamatan. Setelah melakukan pendaftaran dan memperoleh nomor peserta, akhirnya di panggil untuk memasuki ruangan tes, sekitar 4 jam akhirnya selesai juga ujiannya. Selama menunggu dewan juri mengoreksi, seluruh peserta dihibur oleh penampilan kreasi kesenian dari teman-teman dari sekolah disekitar kecamatan. Sekitar pukul dua siang, semua peserta lomba di suruh masuk keruangan kembali, untuk mendengarkan pengumuman dari dewan juri, akhirnya dewan juri mengumumkan pemenangnya, mulai dari juara harapan tiga, dan sampai pada urutan juara kedua nama Udin disebut dan disuruh maju kedepan untuk menerima penghargaan. Sesampainya di sekolah Udin mendapatkan kejutan hadiah dari pihak perkebunan bagi anak karyawan yang berprestasi berupa sepeda, hal ini membuat Udin sangat bahagia karena sudah lama ingin punya sepeda.
Hari berganti hari, akhirnya sampailah pada kenaikan kelas dan Bu Siti mengumumkan ada beberapa anak yang harus tinggal kelas, dan mempersilahkan maju kedepan siswa yang menjadi juara kelas yaitu Yati. Seiring dengan masa liburan sekolah, Bu Gita mendapat tugas ke daerah perkebunan di daerah Banjar, akhirnya kami sekeluarga pindah ke Banjar. Di daerah yang baru ini, Udin sedikit kesulitan dalam bersosialisasi karena keterbatasan bahasa yang berbeda, akhirnya sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Hal yang menarik semasa di daerah baru ini adalah lingkungan yang berbeda, yang didominasi dengan daerah pegunungan sehingga udaranya lebih sejuk dan banyaknya “balong” atau kolam untuk pemeliharaan ikan. Sebelum masa liburan habis, Udin diajak kembali ke perkebunan untuk dititipkan ke saudara, agar bisa sekolah lagi.
Hari pertama masuk sekolah, Udin sekarang sudah duduk dikelas enam dan duduk sebangku dengan Sentot. Seperti biasa Pak Minto guru kelas enam memberikan kesempatan kepada siswa yang mau berbagi pengalaman selama liburan. Kesempatan pertama Sentot maju kedepan menyampaikan pengalamannya liburan di Yogya, dan menceritakan perjalanannya di candi prambanan dan pantai Parang Tritis.
Sekarang Udin berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda bersama beberapa teman yang mempunyai sepeda. Tiap hari minggu Udin bersama teman-temannya suka bermain sepeda mengelilingi daerah perkebunan, tempat yang paling disukai adalah pantai yang melalui perkebunan kakao dan kopra, kemudian daerah sungai “Geulis” yang mempunyai air yang jernih dan banyak ikannya terutama udang.
Tak terasa waktu ujian akhir sekolah sebentar lagi, siswa kelas enam mulai disibukkan dengan kegiatan pengayaan dan latihan soal-soal ujian. Tibalah waktu ujian sekolah, siswa kelas enam dibagi dalam 2 ruangan, Udin berada di ruang dua bersama dengan Sentot, selama lima hari akhirnya ujian sekolah berakhir. Sambil menunggu pengumuman kelulusan, Udin diantar ke Banjar oleh tetangganya untuk berkumpul kembali dengan keluarganya.
Setelah berkumpul hampir sebulan Bu Gita menyampaikan berita gembira kepada keluarga, bahwa akan di pindah tugaskan kembali ke daerah perkebunan, akhirnya semua keluarga bersorak gembira karena akan kembali lagi ke kampung halaman. Akhirnya kami sekeluarga kembali ke perkebunan dan berkumpul dengan sanak saudara beserta tetangga yang sudah seperti saudara.
Waktu pengumuman kelulusan telah tiba, yang harus diambil oleh orang tua, pak Minto dalam sambutannya menyampaikan bahwa semua siswa kelas enam dinyatakan lulus, dengan bintang kelasnya Sentot. Setelah menerima hasil pengumuman dan ijasah, siswa kelas enam mulai mencari sekolah lanjutan masing-masing, adanya di SMP Perkebunan, ada yang ke SMP Negeri dan ada yang ke pesantren.
Pelajaran nilai yang didapat dari Udin : “Man Jadda Wa Jadda“, artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti berhasil
0 comments:
Posting Komentar