Sejak dinyatakan lulus dari sekolah dasar, Udin mulai galau untuk melanjutkan ke SMP yang di perkebunan atau SMP Negeri yang di kota kecamatan. Akhirnya Udin memutuskan untuk mendaftar di SMP Negeri, dengan membawa berkas pendaftaran dan mengayuh sepeda bersama teman-temannya. Sesampai di SMP Negeri sudah banyak yang mendaftar, maklum ini sekolah Negeri satu-satunya yang ada di kecamatan, kebetulan Udin dapat nomor antrian 100. Setelah menyelesaikan persyaratan pendaftaran, Udin mendapat kartu tes untuk seleksi penerimaan masuk SMP yang akan dilaksanakan minggu depan, dan bergegas Udin mengayuh sepeda untuk pulang.
Sambil menunggu tes, Udin dan teman-temannya belajar bersama dan kadang main kerumah Pak Sentot untuk menanyakan materi atau soal-soal latihan yang belum mengerti. Biasanya Udin dan teman-temannya belajar di pinggir sungai, sembari menunggui jebakan/perangkap ikan yang mereka pasang, hasil tangkapan yang paling banyak adalah udang kali dan ikan wader yang langsung mereka bakar untuk lauk makan siang. Sehabis belajar Udin dan teman-temannya langsung mencari kayu bakar berupa ranting atau batang pohon yang sudah kering atau yang berjatuhan, dikumpulkan dan kalau sudah banyak diikat di sepeda untuk dipakai memasak.
Hari yang ditunggu-tunggu buat tes telah tiba, Udin pagi-pagi sudah bergegas naik sepeda menuju tempat tes, sesampai di lokasi tes Udin langsung mencari ruang tempat tes dan mendapat di ruang 4, dimana tiap ruang diisi 20 orang. Tepat pukul delapan pagi bel tanda dimulai tes berbunyi, dengan rasa sedikit gugup Udin mengerjakan soal-soal tes satu persatu, dan tanpa terasa bel berbunyi tanda tes telah selesai.
Setelah menunggu tiga hari, akhirnya waktu pengumuman seleksi masuk SMP tiba, Udin dan teman-teman yang lainnya mempunyai perasaan yang hampir sama yaitu cemas dan galau menunggu papan pengumuman di buka, 5 papan pengumuman yang disebar sesuai dengan nomor urut pendaftaran sehingga menggurangi desak-desakan dan berebut untuk melihat hasilnya. Tepat pukul sepuluh pagi papan pengumuman dibuka, Udin ada pada rombongan papan kedua, dengan rasa sedikit kurang percaya diri melangkah dengan pelan untuk melihat hasilnya di papan pengumuman. Alhamdulillah Udin lolos seleksi penerimaan SMP Negeri, dan langsung mengambil persyaratan untuk daftar ulang. Dengan diantar Pak Ahmad menaiki vespa kesayangan, Udin berangkat ke SMP Negeri untuk daftar ulang, pulangnya mampir ke pasar untuk membeli perlengkapan sekolah, Udin memilih tas, sepatu dan baju seragam.
Tepat minggu ketiga bulan juli tahun delapan empat, merupakan hari pertama Udin masuk sekolah di SMP Negeri, setelah habis upacara bendera, siswa kelas satu dipanggil satu persatu untuk masuk ruangan sesuai kelasnya, kebetulan Udin dapat kelas 1C dan duduk sebangku dengan Johan. Minggu pertama masuk sekolah diisi dengan kegiatan penataran ideologi bangsa yang setara dengan 40 jam, selama penataran diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari ceramah, bermain peran, baris berbaris dan bela negara.
Setiap hari Udin berangkat sekolah dengan menaiki sepeda kesayangan, menyusuri jalur perkebunan dan mencari rute terdekat menuju sekolah yang berjarak sekitar 6 Km, ditengah perjalanan biasanya bertemu dengan teman-teman sekolah dari desa lainnya, sehingga suasana jadi ramai dan terasa tidak capek. Setelah sampai di sekolah Udin langsung ganti kaosnya dengan baju seragam, dan langsung masuk ruang kelas. Johan teman sebangku Udin merupakan seorang keturunan tionghoa dan beragama kristen, orangnya baik dan suka mengajak mampir kerumahnya jika pulang sekolah, kebetulan arahnya searah dengan rumah Udin.
Tak terasa Udin sekarang sudah kelas tiga, dan duduk sebangku dengan Kristanto, orangnya baik beragama katolik dan tinggal didaerah pesisir pantai dekat dengan tempat pelelangan ikan. Udin dan Kristanto mempunyai hobi yang sama yaitu suka bersepeda, kebetulan guru olahraga adalah seorang atlit sepeda, sehingga menjadi motivasi tersendiri buat Udin untuk mengetahui dan belajar tentang sepeda. Kebetulan pada saat itu ada event tour de java yang diikuti oleh atlit dari dalam dan luar negeri, yang rutenya melewati depan SMP, sehingga semua siswa berbaris rapi di sepanjang jalan di sekitar SMP untuk menyambut dan memberi semangat para peserta lomba, tak terkecuali guru olahraga kami tercinta.
Sepulang sekolah biasanya Udin bermain ke rumah sahabatnya yaitu Hendra yang sekolah di SMP Perkebunan anak seorang guru di SMP Perkebunan. Di rumah Hendra banyak tersedia bahan bacaan, ada komik, majalah, koran dan novel, biasanya Udin paling suka membaca majalah musik “Hai” dan komik “superhero”, kadang suka dipinjam untuk dibawa pulang.
Waktu Ujian Nasional seminggu lagi, Udin dan teman sekelas mulai sibuk memperdalam materi yang akan diujikan, dengan mengikuti belajar tambahan sehabis pulang sekolah. Hal yang menarik selama belajar tambahan adalah belajarnya diluar sekolah, biasanya di hutan dan pinggir sungai dekat sekolah, sehingga belajarnya menjadi santai dan mudah dipahami.
Akhirnya Ujian Nasional tiba, Udin berada di ruang 4 dan diawasi oleh guru dari sekolah lain, dengan sedikit gugup Udin memulai mengerjakan soal. Tak terasa sudah 3 hari waktu berlalu dan ujian nasional berakhir, semua siswa dengan sorak gembira melampiaskan luapan beban selama mengikuti ujian nasioanl, banyak tingkah lucu dan aneh-aneh yang dilakukan oleh teman-teman.
Waktu yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga, yaitu pengumuman kelulusan hasil ujian nasional, tepat pukul sepuluh pagi papan pengumuman dibuka dan siswa berebut untuk melihat hasilnya, alhamdulillah semua siswa dinyatakan lulus, dengan bersorak-sorai anak-anak berhamburan kelapangan untuk melantunkan yel-yel khas SMP Negeri.
Seminggu setelah pengumuman dilakukan acara perpisahan atau “class off” bertempat di lapangan SMP Negeri, semua siswa hadir bersama orangtua masing-masing, hal yang mengejutkan terjadi saat kepala sekolah mengumumkan tiga besar siswa yang berprestasi, terutama saat nama Udin disebut pertama sebagai urutan ketiga. Udin maju kedepan bersama siswa terbaik lainnya untuk menerima ucapan selamat dan menerima bingkisan dari sekolah.
Kegalauan Udin muncul saat akan memilih sekolah lanjutan apakah SMA Kawedanan atau SMA Kabupaten, kedua-duanya jaraknya lumayan jauh dari rumah dan harus kos, akhirnya Udin bertanya ke Kakaknya yang sekolah di SMA Kawedanan untuk mencari informasi tentang kondisi sekolah tersebut, dan berkonsultasi ke guru BK untuk mengetahui kondisi SMA Kabupaten.
Pelajaran nilai yang didapat dari Udin : “Toleransi Beragama“, hidup berdampingan dengan sermua orang tanpa membedakan perbedaaan agama dan menghormati serta menghargai perbedaan dalam menjalankan ibadahnya
0 comments:
Posting Komentar